ANATOMI FISIOLOGI
TENTANG “KESEIMBANGAN CAIRAN dan ELEKTROLIT
DISUSUN
OLEH :
INDAH DJUMATI
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MEGA REZKY MAKASSAR
2011-2012
Kata
Pengantar
Puji dan Syukur
kami Panjatkan ke Hadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat
menyusun makalah Anatomi Fisiologi ini
tentang "Keseimbangan Cairan dan Elektrolit” tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa
didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa
dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
kami menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun
materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.
Makassar, 23 November 2011
Penulis
Daftar
Isi
Kata
Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Daftar
Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.
Tujuan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
C.
Rumusan
Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Landasan
Teori
B.
Faktor
yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit . . . . . .. . . . . .
. . . . . . . . . . . . . .
C.
Pengaturan
Keseimbangan Cairan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
D.
Komposisi
dari Elektrolit-Elektrolit Tubuh . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.
Kritik
dan Saran . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . .
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Cairan dan elektrolit
sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuhtetap sehat. Keseimbangan
cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari
fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairandan elektrolit melibatkan komposisi
dan perpindahan berbagai cairan tubuh.Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri
dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zatterlarut). Elektrolit adalah
zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan danelektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairanintravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan
dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total
danelektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolitsaling bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu
maka akan berpengaruh pada yang lainnya.Cairan tubuh dibagi dalam
dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dancairan ekstraseluler.
Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel diseluruh tubuh,
sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luarsel dan
terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma),
cairaninterstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan didalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang
terletak diantara sel,sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus
seperti cairanserebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
Kandungan air pada saat bayi lahir adalah sekitar 75% BB
dan pada saat berusia 1 bulan sekitar 65% BB. Komposisi cairan pada tubuh
dewasa pria adalah sekitar 60% BB, sedangkan pada dewasa wanita 50% BB. Sisanya
adalah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat, dll.
Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan, yaitu
intraseluler sebesar 40% dan ekstraseluler sebesar 20%. Cairan ekstraseluler
merupakan cairan yang terdapat di ruang antarsel (interstitial) sebesar 15% dan
plasma sebesar 5%. Cairan antarsel khusus disebut cairan transeluler misalnya
cairan serebrospinal, cairan persendian, cairan peritoneum, dll.
B.
TUJUAN
Adapun tujaun dari pembuatan
makalah ini yaitu:
1. Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.
1. Sebagai sumber informasi untuk mahasiswa.
2. Agar dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman khusunya bagi mahasiswa kesehatan mengenai kebutuhan
cairan & elektrolit.
3. Agar mahasiswa tahu bagaimana
proses keperawatan pada klien dengan masalah keseimbangan cairan dan elektrolit
C. RUMUSAN
MASALAH
1.Menguraikan keseimbangan intake
& output?
2. Fisiologi keseimbangna cairan
& elektrolit?
3. Nilai normal kebutuhan cairan
pada berbagai umur perkembangan?
4. Gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit?
5. Proses keperawatan pada klien dengan masalah keseimbangan & cairan elektrolit?
4. Gangguan pada keseimbangan cairan dan elektrolit?
5. Proses keperawatan pada klien dengan masalah keseimbangan & cairan elektrolit?
BAB
II PEMBAHASAN
A. Landasan
Teori
1. Konsep
Dasar.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu :
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan
yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah
cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan
intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan
intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan
traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan
intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
2. Keseimbangan
intake & output.
Di dalam tubuh seorang yang sehat volume cairan
tubuh dan komponen kimia dari cairan tubuh selalu berada dalam kondisi dan
batas yang nyaman. Dalam kondisi normal intake cairan sesuai dengan kehilangan
cairan tubuh yang terjadi. Kondisi sakit dapat menyebabkan gangguan pada
keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.
Dalam rangka mempertahankan fungsi tubuh maka tubuh akan kehilangan caiaran
antara lain melalui proses penguapan ekspirasi, penguapan kulit, ginjal
(urine),ekresi pada proses metabolisme.
a. Intake
Cairan :
Selama aktifitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa
minum kira-lira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira
2500 ml per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari
makanan, dan oksidasi selama proses metabolisme.Berikut adalah kebutuhan intake
cairan yang diperlukan berdasarkan umur dan berat badan, perhatikan tabel di
bawah ini :
No. Umur Berat Badan (kg) Kebutuhan Cairan (mL/24
Jam).
1. 3 hari 3,0 250-300
2 . 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700
1. 3 hari 3,0 250-300
2 . 1 tahun 9,5 1150-1300
3. 2 tahun 11,8 1350-1500
4. 6 tahun 20,0 1800-2000
5. 10 tahun 28,7 2000-2500
6. 14 tahun 45,0 2200-2700
7. 18 tahun(adult) 54,0 2200-2700
Pengatur
utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus dikendalikan
berada di otak Sedangakan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan
darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di
mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang terjadi
secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum proses
absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
b.
Output
Cairan :
Kehilangan caiaran
tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine :
a. Urine :
Proses
pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal output urine
sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL
(Insesible Water Loss) :
IWL
terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan mekanisme difusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 mL per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
:
Berkeringat
terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini berasal
dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces :
Pengeluaran
air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur melalui
mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
3. Perpindahan Cairan dan Elektrolit Tubuh.
Perpindahan cairan dan elektrolit
tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
A. Fase
I :
Plasma darah pindah
dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil
dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
B. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel.
C. Fase III :
Cairan dan substansi
yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel. Pembuluh
darah kapiler dan membran sel yang merupakan membran semipermiabel mampu
memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
• Diffusi
• Diffusi
• Filtrasi
• Osmosis
• Aktiv Transport
Diffusi
dan osmosis adalah mekanisme transportasi pasif. Hampir semua zat berpindah
dengan mekanisme transportasi pasif. Diffusi sederhana adalah perpindahan
partikel-partikel dalam segala arah melalui larutan atau gas. Beberapa faktor
yang mempengaruhi mudah tidaknya difusi zat terlarut menembus membran kapiler
dan sel yaitu :
• Permebelitas membran kapiler dan sel
• Permebelitas membran kapiler dan sel
•
Konsenterasi
•
Potensial listrik
•
Perbedaan tekanan.
Osmosis
adalah proses difusi dari air yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi.
Difusi air terjadi pada daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang rendah ke
daerah dengan konsenterasi zat terlarut yang tinggi.
Perpindahan
zat terlarut melalui sebuah membrane sel yang melawan perbedaan konsentrasi dan
atau muatan listrik disebut transportasi aktif. Transportasi aktif berbeda
dengan transportasi pasif karena memerlukan energi dalam bentuk adenosin
trifosfat (ATP). Salah satu contonya adalah transportasi pompa kalium dan
natrium.
Natrium
tidak berperan penting dalam perpindahan air di dalam bagian plasma dan bagian
cairan interstisial karena konsentrasi natrium hampir sama pada kedua bagian
itu. Distribusi air dalam kedua bagian itu diatur oleh tekanan hidrostatik yang
dihasilkan oleh darah kapiler, terutama akibat oleh pemompaan oleh jantung dan
tekanan osmotik koloid yang terutama disebabkan oleh albumin serum. Proses
perpindahan cairan dari kapiler ke ruang interstisial disebut ultrafilterisasi.
Contoh lain proses filterisasi adalah pada glomerolus ginjal.
Meskipun
keadaan di atas merupakan proses pertukaran dan pergantian yang terus menerus
namun komposisi dan volume cairan relatif stabil, suatu keadaan yang disebut
keseimbangan dinamis atau homeostatis.
Perpindahan Cairan
& Elektrolit
1.
Difusi
perpindahan molekul dari tekanan/konsentrasi tinggi ke tekanan/konsentrasi rendah
perpindahan molekul dari tekanan/konsentrasi tinggi ke tekanan/konsentrasi rendah
2.
Osmosis
Perpindahan air dari konsentrasi zat terlarut rendah ke konsentrasi zat terlarut tinggi
osmolaritas: ukuran konsentrasi suatu larutan - isotonus ® konsentrasi larutan = plasma darah
Perpindahan air dari konsentrasi zat terlarut rendah ke konsentrasi zat terlarut tinggi
osmolaritas: ukuran konsentrasi suatu larutan - isotonus ® konsentrasi larutan = plasma darah
3.
Transport
aktif
Perpindahan molekul
dari tekanan/konsentrasi rendah ke konsntrasi tinggi dgn menggunakan energi
B.
Faktor
yang Berpengaruh
pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang
berpengaruh pada keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara
lain :
a.
Umur
:
Kebutuhan
intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak
lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada
usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan
fungsi ginjal atau jantung.
b.
Iklim
:
Orang
yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat.
Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan
cairan sampai dengan 5 L per hari.
c.
Diet
:
Diet
seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake
nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
d.
Stress
:
Stress
dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila
berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e.
Kondisi
Sakit :
Kondisi sakit sangat b3erpengaruh
terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh Misalnya :
- Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan
kehilangan air melalui IWL.
-
Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
- Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran
akan mengalami gangguan pemenuhan intake
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan Medis :
Banyak tindakan medis
yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction, nasogastric tube dan lain-lain.
g.
Pengobatan
:
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h.
Pembedahan
:
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.
C. Pengaturan
Keseimbangan Cairan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan
dua parameter penting, yaitu volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan
ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan
keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel dengan
mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan keseimbangan ini
dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut.
1. Pengaturan volume cairan ekstrasel.
Penurunan
volume cairan ekstrasel menyebabkan penurunan tekanan darah arteri dengan
menurunkan volume plasma. Sebaliknya, peningkatan volume cairan ekstrasel dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri dengan memperbanyak volume plasma.
Pengontrolan volume cairan ekstrasel penting untuk pengaturan tekanan darah
jangka panjang.
Mempertahankan
keseimbangan asupan dan keluaran (intake dan output) air. Untuk mempertahankan
volume cairan tubuh kurang lebih tetap, maka harus ada keseimbangan antara air
yang ke luar dan yang masuk ke dalam tubuh. hal ini terjadi karena adanya
pertukaran cairan antar kompartmen dan antara tubuh dengan lingkungan
luarnya. Water turnover dibagi dalam:
1. eksternal
fluid exchange, pertukaran
antara tubuh dengan lingkungan luar; dan
2. Internal
fluid exchange, pertukaran
cairan antar pelbagai kompartmen, seperti proses filtrasi dan reabsorpsi di
kapiler ginjal.
Memeperhatikan
keseimbangan garam. Seperti halnya keseimbangan air, keseimbangan garam juga
perlu dipertahankan sehingga asupan garam sama dengan keluarannya.
Permasalahannya adalah seseorang hampir tidak pernah memeprthatikan jumlah
garam yang ia konsumsi sehingga sesuai dengan kebutuhannya. Tetapi, seseorang
mengkonsumsi garam sesuai dengan seleranya dan cenderung lebih dari kebutuhan.
Kelebihan garam yang dikonsumsi harus diekskresikan dalam urine untuk
mempertahankan keseimbangan garam.
Ginjal mengontrol
jumlah garam yang dieksresi dengan cara:
1.
Mengontrol
jumlah garam (natrium) yang difiltrasi dengan pengaturan Laju Filtrasi
Glomerulus (LFG)/ Glomerulus Filtration Rate (GFR).
2.
Mengontrol
jumlah yang direabsorbsi di tubulus ginjal
Jumlah
Na+ yang direasorbsi juga bergantung pada sistem yang berperan mengontrol
tekanan darah. Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi
Na+ dan retensi Na+ di tubulus distal dan collecting. Retensi
Na+meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume plasma dan menyebabkan
peningkatan tekanan darah arteri.Selain sistem
Renin-Angiotensin-Aldosteron, Atrial Natriuretic Peptide (ANP) atau
hormon atriopeptin menurunkan reabsorbsi natrium dan air. Hormon ini disekresi
leh sel atrium jantung jika mengalami distensi peningkatan volume plasma.
Penurunan reabsorbsi natrium dan air di tubulus ginjal meningkatkan eksresi
urine sehingga mengembalikan volume darah kembali normal.
2. Pengaturan Osmolaritas cairan ekstrasel.
Osmolaritas
cairan adalah ukuran konsentrasi partikel solut (zat terlarut) dalam suatu
larutan. semakin tinggi osmolaritas, semakin tinggi konsentrasi solute atau
semakin rendah konsentrasi solutnya lebih rendah (konsentrasi air lebih tinggi)
ke area yang konsentrasi solutnya lebih tinggi (konsentrasi air lebih rendah).
Osmosis
hanya terjadi jika terjadi perbedaan konsentrasi solut yang tidak dapat menmbus
membran plasma di intrasel dan ekstrasel. Ion natrium menrupakan solut yang
banyak ditemukan di cairan ekstrasel, dan ion utama yang berperan penting dalam
menentukan aktivitas osmotik cairan ekstrasel. sedangkan di dalam cairan
intrasel, ion kalium bertanggung jawab dalam menentukan aktivitas osmotik
cairan intrasel. Distribusi yang tidak merata dari ion natrium dan kalium ini
menyebabkan perubahan kadar kedua ion ini bertanggung jawab dalam menetukan
aktivitas osmotik di kedua kompartmen ini.
Pengaturan osmolaritas cairan
ekstrasel oleh tubuh dilakukan dilakukan melalui:
1.
Perubahan
osmolaritas di nefron
Di
sepanjang tubulus yang membentuk nefron ginjal, terjadi perubahan osmolaritas
yang pada akhirnya akan membentuk urine yang sesuai dengan keadaan cairan tubuh
secara keseluruhan di dukstus koligen. Glomerulus menghasilkan cairan yang
isosmotik di tubulus proksimal (300 mOsm). Dinding tubulus ansa Henle pars
decending sangat permeable terhadap air, sehingga di bagian ini terjadi
reabsorbsi cairan ke kapiler peritubular atau vasa recta. Hal ini menyebabkan
cairan di dalam lumen tubulus menjadi hiperosmotik.
Dinding
tubulus ansa henle pars acenden tidak permeable terhadap air dan secara aktif
memindahkan NaCl keluar tubulus. Hal ini menyebabkan reabsobsi garam tanpa
osmosis air. Sehingga cairan yang sampai ke tubulus distal dan duktus koligen
menjadi hipoosmotik. Permeabilitas dinding tubulus distal dan duktus
koligen bervariasi bergantung pada ada tidaknya vasopresin (ADH). Sehingga
urine yang dibentuk di duktus koligen dan akhirnya di keluarkan ke pelvis
ginjal dan ureter juga bergantung pada ada tidaknya vasopresis (ADH).
2.
Mekanisme
haus dan peranan vasopresin (antidiuretic hormone/ADH)
Peningkatan
osmolaritas cairan ekstrasel (>280 mOsm) akan merangsang osmoreseptor di
hypotalamus. Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hypotalamus yang
mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hipofisis posterior ke
dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligen. ikatan
vasopresin dengan reseptornya di duktus koligen memicu terbentuknya aquaporin,
yaitu kanal air di membrane bagian apeks duktus koligen. Pembentukkan aquaporin
ini memungkinkan terjadinya reabsorbsi cairan ke vasa recta. Hal ini
menyebabkan urine yang terbentuk di duktus koligen menjadi sedikit dan
hiperosmotik atau pekat, sehingga cairan di dalam tubuh tetap dipertahankan.
Selain
itu, rangsangan pada osmoreseptor di hypotalamus akibat peningkatan osmolaritas
cairan ekstrasel juga akan dihantarkan ke pusat haus di hypotalamus sehingga
terbentuk perilaku untuk membatasi haus, dan cairan di dalam tubuh kembali
normal.
Pengaturan Neuroendokrin dalam Keseimbangan Cairan dan
Elektrolit
Sebagai kesimpulan,
pengaturan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit diperankan oleh
system saraf dan sistem endokrin. Sistem saraf mendapat informasi adanya
perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit melalui baroreseptor di arkus
aorta dan sinus karotikus, osmoreseptor di hypotalamus, dan volume reseptor
atau reseptor regang di atrium. Sedangkan dalam sistem endokrin, hormon-hormon
yang berperan saat tubuh mengalami kekurangan cairan adalah Angiotensin II,
Aldosteron, dan Vasopresin/ADH dengan meningkatkan reabsorbsi natrium dan air.
Sementara, jika terjadi peningkatan volume cairan tubuh, maka hormone
atriopeptin (ANP) akan meningkatkan eksresi volume natrium dan air.
Perubahan volume dan
osmolaritas cairan dapat terjadi pada beberapa keadaan.Faktor lain yang
mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit di antaranya ialah umur, suhu
lingkungan, diet, stres, dan penyakit.
A. Keseimbangan
Asam-Basa
Keseimbangan asam-basa
terkait dengan pengaturan konsentrasi ion H bebas dalam cairan tubuh. pH
rata-rata darah adalah 7,4; pH darah arteri 7,45 dan darah vena 7,35. Jika
pH <7,35 dikatakan asidosi, dan jika pH darah >7,45 dikatakan alkalosis.
Ion H terutama diperoleh dari aktivitas metabolik dalam tubuh. Ion H secara
normal dan kontinyu akan ditambahkan ke cairan tubuh dari 3 sumber, yaitu:
1.
Pembentukkan
asam karbonat dan sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H dan bikarbonat.
2.
Katabolisme
zat organik
3.
Disosiasi
asam organik pada metabolisme intermedia, misalnya pada metabolisme lemak
terbentuk asam lemak dan asam laktat, sebagian asam ini akan berdisosiasi
melepaskan ion H.
Fluktuasi
konsentrasi ion H dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi normal sel, antara lain:
1.
Perubahan
eksitabilitas saraf dan otot; pada asidosis terjadi depresi susunan saraf
pusat, sebaliknya pada alkalosis terjadi hipereksitabilitas.
2.
Mempengaruhi
enzim-enzim dalam tubuh
3.
Mempengaruhi
konsentrasi ion K
Bila
terjadi perubahan konsentrasi ion H maka tubuh berusaha mempertahankan ion H
seperti nilai semula dengan cara:
1.
Mengaktifkan
sistem dapar kimia
2.
Mekanisme
pengontrolan pH oleh sistem pernafasan
3.
Mekasnisme
pengontrolan pH oleh sistem perkemihan
Ada 4
sistem dapar:
1.
Dapar
bikarbonat; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel terutama untuk perubahan
yang disebabkan oleh non-bikarbonat
2.
Dapar
protein; merupakan sistem dapar di cairan ekstrasel dan intrasel
3.
Dapar
hemoglobin; merupakan sistem dapar di dalam eritrosit untuk perubahan asam
karbonat
4.
Dapar
fosfat; merupakan sistem dapar di sistem perkemihan dan cairan intrasel.
Sistem dapat kimia
hanya mengatasi ketidakseimbangan asam-basa sementara. Jika dengan dapar kimia
tidak cukup memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan pH akan
dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan kadar
ion H dalam darah akinat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernafasan,
kemudian mempertahankan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H secara lambat dengan
menskresikan ion H dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena
memiliki dapar fosfat dan amonia.
Ketidakseimbangan
Asam-Basa
Ada
4 kategori ketidakseimbangan asam-basa, yaitu:
1.
Asidosis
respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan meningkatkan
konsentrasi ion H.
2.
Alkalosis
metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan akibat
hiperventilasi. Pembentukan H2CO3menurun sehingga pembentukkan ion H menurun.
3.
Asidosis
metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan ventilasi paru, diare
akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat dan asidosis uremia akibat
gagal ginjal akan menyebabkan penurunan kadar bikarbonat sehingga kadar ion H
bebas meningkat.
4.
Alkalosis
metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena defiensi asam
non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi
karena kehilangan ion H karena muntah-muntah dan minum obat-obat alkalis.
Hilangnyaion H akan menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir
bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat.
Untuk mengkompensasi
gangguan keseimbangan asam-basa tersebut, fungsi pernapasan dan ginjal sangat
penting.
D. Komposisi dari elektrolit-elektrolit
tubuh
Komposisi
dari elektrolit-elektrolit tubuh aik pada intarseluler maupun padaplasma
terinci dalam tabel di bawah ini :
No.
Elektrolit Ekstraseluler Intraseluler
Plasma
Interstitial1.
Kation
:
•
Natrium (Na+) 144,0 mEq 137,0 mEq 10 mEq
•
Kalium (K+) 5,0 mEq 4,7 mEq 141 mEq
•
Kalsium (Ca++) 2,5 mEq 2,4 mEq 0
•
Magnesium (Mg ++) 1,5 mEq 1,4 mEq 31 mEq2.
Anion
:
•
Klorida (Cl-) 107,0 mEq 112,7 mEq 4 mEq
•
Bikarbonat (HCO3-) 27,0 mEq 28,3 mEq 10 mEq
•
Fosfat (HPO42-) 2,0 mEq 2,0 mEq 11 mEq
•
Sulfat (SO42-) 0,5 mEq 0,5 mEq 1 mEq
•
Protein 1,2 mEq 0,2 mEq 4 mEq
a.
Kation
• Sodium
(Na+) :
- Kation
berlebih di ruang ekstraseluler
-
Sodium penyeimbang cairan di ruang eesktraseluler
- Sodium adalah komunikasi
antara nerves dan musculus
- Membantu
proses keseimbangan asam
-basa
dengan menukar ion hidrigen pada ion sodium
di tubulus
ginjal : ion hidrogen di ekresikan
- Sumber :
snack, kue, rempah-rempah, daging panggang.
•
Potassium (K+) :
- Kation
berlebih di ruang intraseluler
- Menjaga
keseimbangan kalium di ruang intrasel
- Mengatur
kontrasi (polarissasi dan repolarisasi) dari muscle dan nerves
- Sumber : Pisang,
alpokad, jeruk, tomat, dan kismis.
• Calcium (Ca++) :
- Membentuk garam
bersama dengan fosfat, carbonat, flouride di dalam tulangdan gigi untuk
membuatnya keras dan kuat
- Meningkatkan fungsi syaraf dan
muscle
- Meningkatkan
efektifitas proses pembekuan darah dengan proses pengaktifanprotrombin dan
thrombin
- Sumber : susu dengan kalsium
tinggi, ikan dengan tulang, sayuran, dll.
b. Anion :
• Chloride (Cl -) :
- Kadar berlebih di ruang
ekstrasel
- Membantu proses keseimbangan
natrium
- Komponen utama dari sekresi
kelenjar gaster
- Sumber : garam dapur
• Bicarbonat (HCO3 -) :
Bagian dari bicarbonat buffer system
- Bereaksi dengan asam
kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasanagaram untuk menurunkan PH.
• Fosfat ( H2PO4- dan
HPO42-) :
- Bagian dari fosfat
buffer system
- Berfungsi untuk
menjadi energi pad metabolisme sel
- Bersama dengan ion
kalsium meningkatkan kekuatan dan kekerasan tulang
- Masuk dalam struktur
genetik yaitu : DNA dan RNA.
BAB
III PENUTUP
A.Kesimpulan
Pengaturan
keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu: volume
cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol
osmolaritas ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal
mempertahankan keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam
urine sesuai kebutuhan untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari
air dan garam tersebut. Ginjal juga turut berperan dalam mempertahankan
keseimbangan asam-basa dengan mengatur keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat
dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang turut berperan dalam
keseimbangan
Asam-basa adalah
paru-paru dengan mengeksresikan ion hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer)
kimia dalam cairan tubuh.
B.
Kritik & saran.
Guna peyempurnaan makalah
ini,kami dari kelompok 1 sangat mengharapkan kritik serta saran dari Dosen
Pembimbing beserta teman-teman kelompok lain.
DAFTAR
PUSTAKA
waah bagus baget ini isinya,,,,,, thks ya.....
BalasHapuskapan kapan mampir jg di . www.irulthenureblogspot.com